Saturday, March 17, 2018

Metode Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)




Assalamu’alaikum Wr. Wb. 

Hellooooo readers, I come back !!! Sudah lama banget nih gak ketemu kalian para si hobi pembaca. Kalian apa kabar ? Baik dong ya tentunya.


Kesempatan kali ini, saya mau sedikit bahas mengenai salah satu metode pembelajaran yang semoga bisa dijadikan referensi kalian dalam proses mengajar. Yappp ! Cocok banget buat kalian para calon pemuda dan pemudi pencerdas bangsa untuk mengetahui metode apa yang tepat untuk digunakan dalam proses belajar mengajar agar pembelajaran dengan mudah dan cepat diterima oleh para peserta didik. Gak usah berpanjang lebar lagi, yuk! check it out guys !!!

Metode pembelajaran yang akan saya paparkan dalam tulisan kali ini adalah Metode Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD), sudah tidak asing lagi bukan ditelinga kalian ? Ya, metode STAD adalah salah satu tipe pembelajaran Kooperatif. Kita akan membahas mulai dari pengertian  metode pembelajaran STAD, pemaparan dari beberapa ahli terkemuka mengenai apa itu STAD, langkah-langkah pembelajaranya, kelebihan maupun kekurangan metode STAD, serta hasil penelitian yang terkait oleh metode tersebut.

1.   Pengertian Metode Pembelajaran STAD


Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD pertamakali dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, dimana STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.

Secara garis besar, dalam metode pembelajaran ini siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku (heterogen). Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu guna menguji kemampuan individu.

Metode pembelajaran ini menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Berikut ini ada beberapa penjelasan teori dari beberapa ahli yang mendukung, diantanya :

Menurut Slavin (dalam Rusman, 2012:214), metode pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru.


Menurut Sharan (dalam Prwaoto, 2014: 6), Divisi Pencapaian-Kelompok Siswa atau Student Team-Achievement Divisions (STAD), salah satu rangkaian teknik pengajaran yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, seperti guru menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri.


Menurut Isjoni dalam bukunya tahun 2013, STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang meningkatkan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan membantu menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi (hal 51).



Menurut Cahyo dalam bukunya tahun 2012, STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas. STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan prestasi verbal atau teks (hal 288-289).


2.   Langkah-langkah Metode Pembelajaran STAD


Menurut Slavin, pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi:




  • Tahap Penyajian Materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari. Mengenai teknik penyajian materi dan lamanya pembelajaran dapat dilakukan bergantung pada kekompleksan materi yang akan dibahas.
  • Tahap Kegiatan Kelompok, pada tahap ini sebelumnya peserta didik dibagi kedalam beberapa kelompok, lalu setiap kelompok diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas. Guru dalam tahap ini menjadi fasilitator.
  • Tahap Tes Individu, yaitu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai setiap individu. Biasanya tes individu dilakukan pada akhir pertemuan agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.
  • Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu, dihitung berdasarkan skor awal, agar setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Penghitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
  • Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok, diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata dari perolehan masing-masing kelompok dan nilai individual anggotanya.

3.   Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran STAD


Berdasarkan karakterisitiknya sebuah metode pasti memiliki kelebihan dan tidak luput dari kekurangannya, uraian secara rinci metode ini ialah:

  • Kelebihan:  

setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang substansial kepada  kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah setara
melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di samping kecakapan kognitif
dapat mengembangkan prestasi siswa, rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya
pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang terjadi di kelas menjadi lebih hidup
adanya kuis meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu
adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran
metode ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa, karena siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok
peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator

  • Kekurangan :

apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet
pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama
membutuhkan kemampuan khusus guru, sehingga tidak semua guru dapat melakukan dan menggunakan strategi belajar kooperatif
menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama dan menurunkan ego  

Pada prinsipnya yang diungkapkan di atas bukan merupakan kekurangan tetapi merupakan kendala yang dihadapi dalam pembelajaran. Kendala tersebut ada yang bisa diatasi dan ada yang tidak bisa diatasi.

4.  Hasil Penelitian terkait dengan Metode Pembelajaran STAD

Ø  Berdasarkan jurnal Fajar Euis Nagara Putri, Faad Maonde dan Kadir yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Ditinjau dari Pembelajaran Kooperatif, Perilaku Berkarakter dan Disposisi Matematis”. Model pembelajaran yang dianggap efektif saat ini adalah pembelajaran kooperatif, tipe pembelajaran kooperatif paling sederhana adalah STAD (Student Team Achievement Divisions). Model pembelajaran kooperatif  sangat berkembang dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan nilai karakter. Hasil analisis dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa nilai hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, maupun Jigsaw. Oleh karena itu, dapat disarankan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, maupun Jigsaw dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar matematika. (unduh disini)

Ø  Berdasarkan tesis Siti Nur Asyiah yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Metode Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran Matematika Kelas V SDN Jatirahayu VI Kecamatan Pondok Melati Kota Bekasi” dapat disimpulkan bahwa metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam pembelajaran matematika. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil data kualitatif berupa meningkatnya kemampuan menyelesaikan soal-soal open ended secara variatif, terperinci dan berbeda dari yang sudah ada dan data kuantitatif berupa perolehan skor, nilai, tingkat kreativitas, dan ketuntasan pembelajaran pada setiap akhir siklus.


Contoh Video Pembelajaran :



Sumber materi :


  • Abdul. 2016. Pengertian Model Pembelajaran STAD. http://abdulgopuroke.blogspot.co.id/2016/12/pengertian-model-pembelajaran-stad.html?m=1#. Diakses tanggal 16 Maret 2018.

  • Asyiah, Siti Nur. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Metode Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran Matematika Kelas V SDN Jatirahayu VI Kecamatan Pondok Melati Kota Bekasi. Tesis Magister. Universitas Negeri Jakarta: Tidak Dipublikasikan.

  • Buku Tembaga. 2016. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. http://bukutembaga.blogspot.co.id/2016/04/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html?m=1. Diakses tanggal 16 Maret 2018.

  • Cahyo, Agus. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual Dan Terpopuler. Yogyakarta: Diva Press.

  • Isjoni. 2013. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

  • Nagara, Putri dkk. 2014. Perbedaan Hasil Belajar Ditinjau dari Pembelajaran Kooperatif, Perilaku Berkarakter dan Disposisi Matematis. http://ojs.uho.ac.id/index.php/JPM/article/view/2047/pdf. Diunduh tanggal 16 Maret 2018.

  • Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

  • Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media 


8 comments: