Saturday, March 17, 2018

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)




Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Hai hai hallooo readers !


Seperti yang kemarin saya bilang, saya mau sedikit bahas mengenai salah satu model pembelajaran yang semoga bisa dijadikan referensi kalian dalam proses mengajar. Berbeda dengan postingan kemarin. Kali ini saya akan membahas Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Let’s go guys !!!

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), lain halnya dengan postingan sebelumnya dimana peserta didik dituntun oleh guru untuk memahami materi yang dipelajarinya, pada metode ini justru peserta didik dituntut untuk menemukan konsep sendiri dari pelajaran yang ingin disampaikan oleh sang guru. Ya, metode PBL sudah tidak asing lagi dalam kurikulum 2013, dimana peserta didik dituntut terlibat aktif dalam suatu proses belajar mengajar dikelas. Kita akan membahas mulai dari pengertian model pembelajaran PBL, pemaparan dari beberapa ahli terkemuka mengenai apa itu PBL, langkah-langkah pembelajaranya, kelebihan maupun kekurangan model pembelajaran PBL, serta hasil penelitian yang terkait oleh model pembelajaran tersebut.

1.   Pengertian Model Pembelajaran PBL


Problem Based Learning (PBL) adalah proses pembelajaran yang dirancang dengan masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.


Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Dengan Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan lagi.

Untuk lebih mudah mengenali model  PBL, seara umum dapat dikenali dengan adanya enam ciri yang dimilikinya, adapun keenam ciri tersebut adalah :

  • kegiatan belajar dengan model PBL dimulai dengan pemberian sebuah masalah
  • masalah yang disajikan berkaitan dengan kehidupan nyata para siswa
  • mengorganisasikan Pembahasan seputar masalah, bukan membahas seputar disiplin ilmu
  • siswa diberikan tanggung jawab yang maksimal dalam membentuk maupun menjalankan proses belajar secara langsung
  • siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil
  • siswa dituntut untuk mendemonstrasikan produk atau kinerja yang telah mereka pelajari

Berikut ini ada beberapa penjelasan teori dari beberapa ahli yang mendukung, diantanya :


Menurut Barbara J. Duch (1996), Problem Based Learning (PBL) adalah satu model yang ditandai dengan penggunaan masalah yang ada di dunia nyata untuk melatih siswa berfikir kritis dan terampil memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan tentang konsep yang penting dari apa yang dipelajari (dalam Wijayanto, 2009:15).


Menurut Arends, PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (dalam Trianto, 2007).




Menurut Suyatno pada bukunya tahun 2009, Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada masalah, dimana masalah tersebut digunakan sebagai stimulus yang mendorong mahasiswa menggunakan pengetahuannya untuk merumuskan sebuah hipotesis, pencarian informasi relevan yang bersifat student-centered melalui diskusi dalam sebuah kelompok kecil untuk mendapatkan solusi dari masalah yang diberikan.


Menurut Sanjaya dalam bukunya pada tahun 2006, Problem Based Learning (PBL) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Hakekat permasalahan yang diangkat dalam Problem Based Learning adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dengan situasi yang diharapkan, atau antara yang terjadi dengan harapan (hal. 214).

2.   Langkah-langkah Model Pembelajaran PBL


Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan. Peserta didik pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses sebagai berikut :



  • Tahap Orientasi siswa kepada masalah, kegiatan yang pertama dilakukan dalam model ini adalah menyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru. Setelah itu disampaikannya penjelasan terkait logistik yang dibutuhkan. Lalu mulai pemberian suatu masalah yang harus dipecahkan siswa, serta guru wajib memotivasi para siswa agar dapat terlibat secara langsung untuk melakukan aktivitas pemecahan masalah yang menjadi pilihannya.
  • Tahap Mengorganisasikan siswa untuk belajar, guru dapat melakukan perannya untuk membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang terkait dengan masalah yang disajikan.
  • Tahap Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, dalam tahap ini guru melakukan usaha untuk mendorong siswa dalam mengumpulkan informasi yang relevan, mendorong siswa untuk melaksanakan eksperimen, dan untuk mendapat pencerahan dalam pemecahan masalah.
  • Tahap  Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, berupa kegiatan guru membantu para siswa-siswinya dalam melakukan perencanaan dan penyiapan karya yang sesuai misalnya laporan, video atau model, serta guru membantu para siswa untuk berbagi tugas antar anggota dalam kelompoknya.
  • Tahap Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, yaitu tahap akhir dimana guru membantu para siswa dalam melakukan refleksi ataupun evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam setiap proses yang mereka gunakan.

3.   Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran PBL


Berdasarkan karakterisitiknya sebuah metode pasti memiliki kelebihan dan tidak luput dari kekurangannya, uraian secara rinci metode ini ialah:

  • Kelebihan:  

pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran
model ini dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa
membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata
dengan pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru 
melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku saja
pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam dunia nyata
dengan pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir

  • Kekurangan :

pembelajaran malalui PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan 
manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba 
tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari

Pada prinsipnya yang diungkapkan di atas bukan merupakan kekurangan tetapi merupakan kendala yang dihadapi dalam pembelajaran. Kendala tersebut ada yang bisa diatasi dan ada yang tidak bisa diatasi.


4.  Hasil Penelitian terkait dengan Model Pembelajaran PBL

Ø  Berdasarkan jurnal Selvi Utami Ningsih, Sri Hastuti Noer, Pentatito Gunawibowo yang berjudul “Efektivitas Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematis Siswa”. Memaparkan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Hosnan (2014: 299) yang menyatakan bahwa tujuan problem based learning adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kemampuan pemecahan masalah dan mengem-bangkan kemampuan siswa untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri. Selain itu, didukung dari dari hasil penelitian Gunantara, dkk (2014) dan Ariyanti, dkk (2013) mengenai model problem based learning, dapat diketahui bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Berdasarkan hasil analisis data kemampuan akhir pemecahan masalah matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model problem based learning, terdapat 20 siswa dari 30 siswa tersebut yang tuntas belajar atau dapat disimpulkan bahwa persentase siswa tuntas belajar sama dengan 60%. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa penerapan model problem based learning pada siswa kelas VIII SMP Negeri 23 Bandar Lampung efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. (unduh disini)

Ø  Berdasarkan jurnal Lyna Yuni Artika, Sugeng Sutiarso, Tina Yunarti yang berjudul “Pengembangan LKPD Problem Based Learning untuk Memfasilitasi Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis”. Memaparkan bahwa PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan level berpikir tinggi yang diorientasikan pada masalah, termasuk belajar bagaimana belajar (Arends, 2000). Terlihat dari hasil analisis observasi dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran menggunakan LKPD berbasis masalah baik secara lisan (siswa semakin berani mengemukakan pendapat, baik dalam menanggapi ataupun mengajukan pertanyaan) ataupun non lisan (kerjasama, mencari solusi dan kegiatan siswa dalam mengerjakan tugas matematika). Oleh karena itu pada penelitian ini disimpulkan bahwa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pada pembelajaran berbasis masalah dapat memfasilitasi kemampuan berpikir kritis dan disposisi matematis siswa. (unduh disini)


Contoh Video Pembelajaran :





Metode Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)




Assalamu’alaikum Wr. Wb. 

Hellooooo readers, I come back !!! Sudah lama banget nih gak ketemu kalian para si hobi pembaca. Kalian apa kabar ? Baik dong ya tentunya.


Kesempatan kali ini, saya mau sedikit bahas mengenai salah satu metode pembelajaran yang semoga bisa dijadikan referensi kalian dalam proses mengajar. Yappp ! Cocok banget buat kalian para calon pemuda dan pemudi pencerdas bangsa untuk mengetahui metode apa yang tepat untuk digunakan dalam proses belajar mengajar agar pembelajaran dengan mudah dan cepat diterima oleh para peserta didik. Gak usah berpanjang lebar lagi, yuk! check it out guys !!!

Metode pembelajaran yang akan saya paparkan dalam tulisan kali ini adalah Metode Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD), sudah tidak asing lagi bukan ditelinga kalian ? Ya, metode STAD adalah salah satu tipe pembelajaran Kooperatif. Kita akan membahas mulai dari pengertian  metode pembelajaran STAD, pemaparan dari beberapa ahli terkemuka mengenai apa itu STAD, langkah-langkah pembelajaranya, kelebihan maupun kekurangan metode STAD, serta hasil penelitian yang terkait oleh metode tersebut.

1.   Pengertian Metode Pembelajaran STAD


Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD pertamakali dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, dimana STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.

Secara garis besar, dalam metode pembelajaran ini siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku (heterogen). Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu guna menguji kemampuan individu.

Metode pembelajaran ini menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Berikut ini ada beberapa penjelasan teori dari beberapa ahli yang mendukung, diantanya :

Menurut Slavin (dalam Rusman, 2012:214), metode pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru.


Menurut Sharan (dalam Prwaoto, 2014: 6), Divisi Pencapaian-Kelompok Siswa atau Student Team-Achievement Divisions (STAD), salah satu rangkaian teknik pengajaran yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, seperti guru menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri.


Menurut Isjoni dalam bukunya tahun 2013, STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang meningkatkan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan membantu menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi (hal 51).



Menurut Cahyo dalam bukunya tahun 2012, STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas. STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan prestasi verbal atau teks (hal 288-289).


2.   Langkah-langkah Metode Pembelajaran STAD


Menurut Slavin, pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi:




  • Tahap Penyajian Materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari. Mengenai teknik penyajian materi dan lamanya pembelajaran dapat dilakukan bergantung pada kekompleksan materi yang akan dibahas.
  • Tahap Kegiatan Kelompok, pada tahap ini sebelumnya peserta didik dibagi kedalam beberapa kelompok, lalu setiap kelompok diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas. Guru dalam tahap ini menjadi fasilitator.
  • Tahap Tes Individu, yaitu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai setiap individu. Biasanya tes individu dilakukan pada akhir pertemuan agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.
  • Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu, dihitung berdasarkan skor awal, agar setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Penghitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
  • Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok, diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata dari perolehan masing-masing kelompok dan nilai individual anggotanya.

3.   Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran STAD


Berdasarkan karakterisitiknya sebuah metode pasti memiliki kelebihan dan tidak luput dari kekurangannya, uraian secara rinci metode ini ialah:

  • Kelebihan:  

setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang substansial kepada  kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah setara
melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di samping kecakapan kognitif
dapat mengembangkan prestasi siswa, rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya
pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang terjadi di kelas menjadi lebih hidup
adanya kuis meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu
adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran
metode ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa, karena siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok
peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator

  • Kekurangan :

apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet
pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama
membutuhkan kemampuan khusus guru, sehingga tidak semua guru dapat melakukan dan menggunakan strategi belajar kooperatif
menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama dan menurunkan ego  

Pada prinsipnya yang diungkapkan di atas bukan merupakan kekurangan tetapi merupakan kendala yang dihadapi dalam pembelajaran. Kendala tersebut ada yang bisa diatasi dan ada yang tidak bisa diatasi.

4.  Hasil Penelitian terkait dengan Metode Pembelajaran STAD

Ø  Berdasarkan jurnal Fajar Euis Nagara Putri, Faad Maonde dan Kadir yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Ditinjau dari Pembelajaran Kooperatif, Perilaku Berkarakter dan Disposisi Matematis”. Model pembelajaran yang dianggap efektif saat ini adalah pembelajaran kooperatif, tipe pembelajaran kooperatif paling sederhana adalah STAD (Student Team Achievement Divisions). Model pembelajaran kooperatif  sangat berkembang dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan nilai karakter. Hasil analisis dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa nilai hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, maupun Jigsaw. Oleh karena itu, dapat disarankan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, maupun Jigsaw dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar matematika. (unduh disini)

Ø  Berdasarkan tesis Siti Nur Asyiah yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Metode Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran Matematika Kelas V SDN Jatirahayu VI Kecamatan Pondok Melati Kota Bekasi” dapat disimpulkan bahwa metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam pembelajaran matematika. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil data kualitatif berupa meningkatnya kemampuan menyelesaikan soal-soal open ended secara variatif, terperinci dan berbeda dari yang sudah ada dan data kuantitatif berupa perolehan skor, nilai, tingkat kreativitas, dan ketuntasan pembelajaran pada setiap akhir siklus.


Contoh Video Pembelajaran :



Thursday, May 26, 2016

Release PKM FMIPA 2 UNJ 2016


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Halo semua, jumpa lagi nih dikempatan yang berbahagia ini !

Yaps, seperti biasa nih, saya mau cerita keceriaan selama 3 hari mengikuti PKM FMIPA 2.

Yuk disimak yang kepo !!!

Berawal dari Kampus B, tepatnya di Lapangan Voli kami dikumpulkan untuk melaksanakan Apel Pelepasan. Sekitar pukul 16.45 Apel segera dimulai, Apel dipandu oleh salah satu peserta PKM FMIPA 2 yaitu Wahyu Hutomo (Pendidikan Matematika 2015), ketika Apel Kak Mohammad Hafizh (Pendidikan Matematika 2013) selaku Ketua BEM FMIPA memberikan sambutan dan sambutan dilanjutkan dengan Pak Rusdi (PD III FMIPA UNJ) selaku Pembina Apel sekaligus melepas kepergian peserta PKM FMIPA 2.

Setelah Apel berlangsung, Kak Koko (Siskom 2014) selaku Sie Acara memimpin briefing keberangkatan. Setelah briefing oleh panitia kami diberi kepercayaan untuk berangkat sendiri. Kelompok kami, kelompok 14 menanti hingga isya dikarenakan salah satu dari teman kami ada mata kuliah sampai maghrib. Kurang lebih pukul 19.30 kelompok kami berangkat bersamaan dengan kelompok 12. Kami naik bus 98A jurusan Kampung Rambutan dari halte bus Arion. Setibanya di Kampung Rambutan kami naik bus Marita jurusan Cianjur, namun kami hanya ikut setengah perjalanan yaitu sampai Cisarua (Pafesta). Sekitar pukul 23.30 kami tiba di Pafesta sebelum melanjutkan perjalanan menuju vila, kami disarankan untuk beristirahat sejenak di Indomart.

Tepat pukul 12 dini hari kelompok saya tiba di penginapan, yaitu Vila Maria Sonak. Setiba disana kami disambut dengan teh hangat dan arahan dari Kakak Panitia. Para peserta PKM FMIPA 2 dipersilahkan ke kamar untuk segera beristirahat. Tepat pukul 00.20 saya tidur, esokkan harinya pukul 03.00 dini hari kami dibangunin untuk melakukan shalat malam dan dilanjutkan oleh tilawah untuk menyambut shalat Subuh. Setelah shalat Subuh kami mendengarkan kultum sesaat. Tidak terasa marahari sudah menyambut dengan senyuman yang amat cerah dari sinarnya.



Acara selanjutnya adalah TOGA atau tutor organisasi, saya masuk kekelompok 3 dengan kakak pendamping Kak Ipat. Disini kita lebih berdiskusi mengenai berita-berita hangat di FMIPA. Kabar yang sangat menarik untuk dibicarakan saat ini ialah mengenai “Kepindahan FMIPA”. Amat miris kalau melihat dengan benar apa yang sedang terjadi saat ini. Semangat kami memuncak ketika kami tahu bahwa kepindahan kami kegedung yang dijanjikan “Geung Sarwahita” terus mundur dan semakin lama. Diskusi tidak berlangsung lama, setelah minum susu coklat kami dipersilahkan bersih-bersih untuk shalat Dhuha kemudian sarapan.

Setelah perut terisi kami dikumpulkan di lapangan utama untuk olahraga pagi. Senam dipimpin oleh Ilham Fauzan (Pendidika Biologi 2015). Setelah senam kami dikumpulkan dilapangan depan Vila untuk diberikan sosialisasi mengenai acara PKN “Praktik Kerja Nyata”. Kami diminta untuk membuat suatu kepanitiaan dan sebuah konsep acara dengan waktu yang begitu singkat. Setelah itu kami dikumpulkan di Aula untuk mengikuti rangkaian selanjutnya, yaitu diskusi presentasi hasil wawancara masing-masing kelompok. Sekitar pukul 12.00 diskusi kelompok di hentikan sesaat untuk melakukan istirahat, shalat dan makan. Setlah itu Diskusi kelompok dilanjutkan pukul 13.00 hingga pukul 14.00.

Tepat setelah acara Diskusi kelompok, sekarang adalah waktunya materi pertama di PKM FMIPA 2. Materi mengenai “Negosiasi” ini dibawakan oleh Ketua BEM UNJ 2014/2015 yaitu Kak Ronny Setiawan (Pendidikan Kimia 2012). Mater kali ini dimoderatori oleh Kak Novan (Fisika 2014). Berikut adalah sekilas mengenai materi negosiasi.

Negosiasi adalah pembicaraan dengan orang lain untuk mencapai kesepakatan. Negosiasi juga bergantung pada kondisi dan lawan bicaranya. Negosiasi terjadi ketika ada perbedaan pandangan.

Karakterisik negosiasi meliputi sebagai berikut, melibatkan orang lain, mengandung konflik, menggunakan cara-cara pertukaran, bertatap muka langsung dan tentunya ada kesepakatan. Syarat untuk menjadi seorang negosiator yang baik adalah mencakup terpercaya, percaya diri, menguasai substansi materi, menguasai teknik komunikasi dan memiliki kemampuan face validity. Langkah – langkah negosiasi mencakup tiga hal yang pertama adalah persiapan (tentukan secara jelas alternatif apa yang ingin kita capai dalaam negosiasi) , yang kedua pembukaan (tentukan atmosfer yang tepat) danyang terakhir adalah tahap negosiasi (sampaikan keinginan dan pemikiran lainnya).

Alternatif penyelesaian konflik, memiliki empat kuadran :
1.    MM (Menang -Menang)
Simbiosis mutualisme, menguntungkan kedua belah pihak (win win solution)
2.    MK (Menang - Kalah)
Kuadran persaingan, kita menang lawan yang kalah
3.    KM (Kalah - Menang)
Kuadran mengakomodasi, sebaiknya dihindari tapi bisa juga berarti mengalah untuk menang
4.    KK (Kalah - Kalah)
Sepakat untuk tidak sepakat

Setelah materi selesai dipaparkan, Kak Ronny meminta kita untuk mempraktikan teknik negosiasi. Kami berhasil menjual minuman letvite yang dengan awal modal Rp4.000 menjadi Rp15.000. Setelah itu seluruh kelompok kembali kumpul di Aula untuk meceritakan teknik negosiasi masing-masing kelompok.



Setelah materi selesai dilanjutkan dengan diskusi presentasi hasil wawancara kembali sampai tiba waktunya shalat Maghrib. Setelah itu dilanjutkan kemateri kedua oleh Kak Syahril Sidik (Fakultas Ilmu Pendidikan 2012). Dengan moderator Kak Taofik Hidayat (Pendidikan Matematika 2014).  Materi kedua bertemakan “Pergerakan Mahasiswa II”. Berikut adalah ringkasan materinya.

Masalah terjadi disaat beban berada di bawah kemampuan. Mahasiswa adalah perantara antara rakyat dan pemerintah. Media bisa berpihak pada pemerintah atau rakyat. Tantangan yang biasanya dihadapi ialah, suara mahasiswa tidak selaras dengan masyarakat maupun adanya perbedaan pemikiran antara masyarakat dan mahasiswa disebabkan oleh adanya sumber informasi (media). Pola Gerakan Mahasiswa pada umumnya ialah “aksi”. Aksi dibagi atas tiga, aksi intelektual, aksi sosial, dan aksi jalan (paling efektif).

Disini kita akan lebih membahas mengenai aksi jalan. Hal yang harus dipersiapkan sebelum aksi adalah siapkan isu, tuntutan dan konsolidasi. Langkah-langkah yang dilakukan sebelum aksi meliputi kajian, konsolidasi, dan yang terakhir aksi. Evaluasi yang harus diperhatikan ialah rekrut masa atauagitasi terlalu lama dan tidak sepenuhnya mengikuti instruksi pemimpin. Perangkat aksi yang harus ada ketika dilapangan adalah Jendral Lapangan, Kordinator Lapangan, Kordinator Wanita, Teatrikal, MC, Moderator, Negosiator, dan tentunya Masa. Formasi masa aksi terdiri dari border (memagari masa) dan banker (terdiri dari 1-2 lapis, barisan di depan dekat polisi).

Dengan selesainya materi kedua, kami dipersilahkan untuk makan malam. Selanjutnya kami melanjutkan acara dengan materi ketiga. Yaitu mengenai “Urgensi Kaderisasi” oleh Kak Daud Prakoso (Pendidikan Matematika 2013). Materi kali ini dimoderatori oleh Kak Aditya Rama (Fisika 2014). Berikut adalah pemaparan sedikit mengenai urgensi kaderisasi.

Kaderisasi adalah proses untuk membentuk kader (anggota yang ada pada suatu organisasi). Kaderisasi berarti proses persiapan generasi sebuah organisasi dan proses kualitas SDM untuk pemenuhan kebutuhan organisasi. Tujuan dari kaderisasi adalah mencari bibit unggul dan menjadikan bibit unggul tersebut menjadi lebih matang. Output dari kaderisasi adalah memiliki jiwa pemimpin, tauladan, emosi yang terkontrol, solutif dan kreatif.  Ikon penting dalam proses kaderisasi adalah pelaku kaderisasi (subjek) dan sasaran kaderisasi (objek). Alur kaderisasi ada MPA, PKMP, dan BEMP/LLLMP.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.00, esokkan harinya pukul 01.00 dini hari kami akan dibangunkan untuk shalat malam. Setelah itu kami diminta berkumpul di lapangan utama untuk mengadakan outbond. Banyak pengalaman baru yang kita dapat ketika outbond. Belajar lebih peduli dengan lingkunga, melatih kekompakkan, menaruh kepercayaan kepada pemimpin dan lainnya. Sebelum memasuki waktu subuh, setelah outbond kita diminta untuk bersih-bersih dan siap siap shalat Subuh. Setelah itu kami dikumpulkan di lapangan depan Vila untuk melaksanakan “Kapita Selekta BEM FMIPA UNJ 2015/2016”.



Setelah acara dilapangan kami diminta untuk bersih bersih kamar dan rapih rapih tas, setelah itu shalat Dhuha. Setelah melakukan kegiatan tersebut, kami dikumpulkan kembali dilapangan depan Vila untuk melaksanakan “Simulasi Aksi”. Sama halnya dengan aksi nyatanya. Kami menyusun perangkat yang dibutuhkan aksi lalu kami berdiskusi sedikit mengkaji tema yang kami angkat, yaitu mengenai “UKT” yang ranahnya pendidikan.

Setelah aksi selesai kami langsung kumpul lagi dilapangan depan Vila untuk mempersiapkan PKN. Namun persiapan ditunda terlebih dahulu untuk shalat Dzuhur dan makan siang. Tepat setelah Dzuhur kami melaksanakan persiapan PKN dan memulai acara PKN. Alhamdulillah PKN berjalan dengan lancar dan sangat mencapai target walau sedikit kewalahan. Setelah acara PKN berlalu kami melakukan evaluasi.

Sebelum acara PKM FMIPA 2 benar benar selesai, kami semua peserta dikunpulkan dilangan utama untuk melakukan evaluasi bersama kakak – kakak panitia Sie Acara. Setelah itu kami mengambil barang barang untuk dipersiapkan pulang. Dan terakhir dilanjutkan denga foto-foto. Tepat pukul 17.00 kami dialokasikan ke bus ataupun tronton.



Sungguh pengalaman yang amat baru mengikuti kegiatan ini !!!

Ilmu baru, teman baru, suasana baru !!!

Semoga tiga hari ini akan membawa kita semua kepada pribadi yang lebih baik lagi !!!

“Totalitas, Bersinergi, Menginspirasi Tanpa Henti”

Hidup Mahasiswa !!!

See you on PKM FMIPA 3

Tunggu cerita-ku di lain waktu !!!

================================================================

#PKMFMIPA2016_Eka Yunita Rahayu_Pendidikan Matematika_2015_Kelompok 14

#SINERGIdalamMENGINSPIRASI

#PKMFMIPAUNJ2016

================================================================

Twitter : @bemfmipaunj

Facebook : BEM FMIPA UNJ

IG : @bemf_mipaunj



Wednesday, May 11, 2016

Release PKM FMIPA 1 UNJ 2016

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Hai readers ! Malam ! Jumpa lagi kita dalam kesempatan kali ini !

Yaps, seperti biasa nih, saya mau cerita keceriaan hari ini. Mau tau apa jawabannya ? Jawabannya hari ini ada PKM FMIPA 1 loh …

Sebelum kita bahas lebih lanjut, sedikit cerita nih tadi saya salah dresscode gitu, semua itu gara gara “nobita” *nama disamarkan hehehe


Langsung ajalah yuk, check it out guys !!!

PKM FMIPA 1 dilaksanakan hari ini, Rabu 11 Mei 2016 di Gedung FMIPA lantai 3 ruang 3.6 – 3.7 Universitas Negeri Jakarta pukul 15.30 WIB.

Tepat pada pukul 15.30, registrasi sudah dimulai. Peserta mulai mengisi presensi yang sudah disediakan. Peserta mulai memasuki ruangan. Acara PKM FMIPA 1kali ini dipandu oleh Kak Eko Nurrachman*lagiiii (Pend. Matematika 2014) selaku pembawa acara. Setelah para peserta berkumpul, sekitar pukul 16.20 acara pun dimulai.

Seperti biasa sebelum memulai agenda yang baik ini, alangkah baiknya kita membuka materi ini dengan yang baik baik pula. Tilawah dibacakan oleh Wahyu Hutomo (Pend. Matematika 2015). Setelah tilawah, dilanjutkan sambutan-sambutan. Sambutan pertama diberikan oleh Kak Sigit Galih Nugroho (Pend. Matematika 2014) selaku ketua pelaksana PKM FMIPA, beliau berpesan “Ikutilah setiap rangkaian acara PKM FMIPA dengan totalitas”. Sambutan kedua diberikan oleh Kak Mohammad Hafizh (Pend. Matematika 2013) selaku ketua BEM FMIPA UNJ. Sambutan terakhir diberikan oleh Bapak Dr. Rusdi M.Biomed selaku Pembantu Dekan III.

Setelah sambutan-sambutan, acara selanjutnya masuk ke materi. Agenda ini dimoderatori oleh Kak Kak Sigit Galih (Pend. Matematika 2014). Pembicara kali ini adalah dari dosen kami tercinta, siapa lagi kalau bukan Bapak Dr. Rusdi M.Biomed (Pembantu Dekan III FMIPA UNJ).



Hari ini kita akan membahas “Sistem Tata Kelola dan Lingkungan Fakultas”. Sebelum masuk kemateri, Pak Rusdi menyinggung sedikit mengenai mawapres, beliau memaparkan apa saja sih “kriteria” untuk menjadi mawapres. Kalian penasaran ? Iya ? Sama, saya juga ! Ehehehe !

Bocoran sedikit nih, teruntuk mahasiswa FMIPA yang ingin jadi mawapres tahun depan, berikut kriteria yang ada :

·         IPK
Kenapa IPK ? Yap, jelas banget. Namanya juga “Mahasiswa Berprestasi”. Tentunya harus cerdas akademiknya.
·         Prestasi Non-akademik
Yap, kita tidak hanya butuh seseorang yang cerdas akademik, namun non-akademik pun dijadikan pertimbangan pula. Dengan kalian ikut organisasi, lomba-lomba, disitulah terdapat poin plus buat kalian nih para calon mawapres.
·         Bahasa Inggris
Hari gini banget, udah MEA jelas kemampuan berbahasa juga dipertimbangkan, kalian bayangkan 5 tahun kedepan ketika Indonesia, Negara kita tercinta ini dikuasai oleh orang-orang asing dan kita sebagai warna negara hanya bias diam apabila tidak mampu berkompetensi dengan mereka.
·         Karya Ilmiah
Tentunya kita akan menyusun skripsi, nah disinilah dikarya ilmiah ini kalian mulai belajar untuk menyusun skripsi itu. Mahasiswa harus bisa menciptakan sesuatu yang baru dan inovatif.

Setelah membahas mawapres, Pak Rusdi menjelaskan Tahapan Pembangunan Nasional. Saat ini tahun 2016, Indonesia sedang bersaing dalam lingkup regional. Regional mencakup ASEAN. Jika kalian sadar, sudah banyak orang asing yang berada di Indonesia untuk mencari pekerjaan. Oleh karena itu mulai sekarang kita harus siapkan diri kita, yang tidak bias dipungkiri dizaman yang modern ini bahasa inggris lah menjadi modal kita. Sekitar tahun 2020 Indonesia sudah masuk kedalam daya saing internasional. Visi Negara Indonesia pada tahun 2025 ini menjadi “Insan Indonesia Cerdas & Kompetitif”. (Kemenristek Dikti)

Selanjutnya, Pak Rusdi mengupas Kerangka Kompetensi Abad 21 (sumber : 21st century skills, education, competitiveness, partnership for 21st century, 2008) :

-          Informasi, Media dan Teknologi
-          Pembelajaran dan Inovasi
-          Kehidupan dan Karir

Pak Rusdi membahas pula mengenai Perluasan Dan Pendalaman Taksonomi Dalam Pencapaian Kompetensi. Beliau menjelaskan bahwa pada tahan SD pencapaian kompetensi pada anak dititik beratkan kepada pembentukan sikap dan pada tahap SD pula peserta didik sudah mulai melakukan observasi, menanya maupun melakukan eksperimen. Selanjutnya pada tahap SMP selain sikap, ketrampilan mulai dimunculkan, pada tahap ini peserta didik mulai menasosiasikan beberapa hal dengan hal yang lainnya. Tahap yang lebih tinggi ialah SMA, pada tahap ini ketrampilan anak dan pengetahuan anak sedang pesat-pesatnya, pada tahap ini pula komunikasi mulai dapat terjalin dengan baik. Tingkat yang terakhir adalah Perguruan Tinggi, ketrampilan sesungguhnya harus sudah mulai ada, pada tahap ini lah mahasiswa sudah harus mencipta, salah satu contoh karya mahasiswa ialah “skripsi”. (Marzano 1985, Bruner 1960)

Pemaparan dari Pak Rusdi tidak hanya sampai situ kawan ! Sekarang kita akan membahas mengenal Universitas Negeri Jakarta lebih dekat! For your information guys!!!, Universitas Negeri Jakarta sekarang berakreditasi “A”. Saat ini Kampus yang dulunya terkenal IKIP yang diakreditasi A hanyalah 2 di Indonesia, yaitu Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Universitas Negeri Malang (UM). Ohiya, 100% dosen di UNJ sudah mengambil S2 dan lebih dari 60% dosen FMIPA UNJ sudah mengambil S3.

Visi UNJ adalah “menajdi universitas yang memiliki keunggulan kompetitif dalam membangun masyarakat Indonesia yang maju, demokrasi dan sejahtera berdasarkan Pancasila di era globalisasi”.

Untuk mewujudkan visi tersebut, tentunya UNJ memiliki misi, berikut adalah Misi UNJ :

·         Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
·     Menyiapkan tenaga akademik yang bermutu, bertanggung jawab, dan mandiri di bidang pendidikan dan non-kependidikan.
·    Mengembangkan berbagia bentuk pengabdian masyarakat dibidang ilmu, teknologi dan seni.
·         Menciptakan budaya akademik yang kondusif bagi pemberdayaan semua potensi.
·         Memfungsikan dirinya selalu menjadi seseorang yang mampu menerapkan prinsip-prinsip enterpreneuship.
·         Melaksanakan kegiatan kewirausahaan dan kerjasama.

Selain itu UNJ juga memiliki Kompetensi Lulusan UNJ, yaitu :

o    Menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu.
o    Kewirausahaan yang professional.
o    Kemampuan professional yang tinggi.
o Kemampuan meningkatkan kualitas diri, wawasan dan sikap dalam upaya proses internalisasi menunaikan tugas-tugas keprofesionalannya.
o    Kemampuan menciptakan ilmu.

Pak Rusdi sedikit menyinggung mengenai softskill dan hardskill, beliau memaparkan softskill adalah kemampuan mengelola dirinya sendiri dan oranglain. Softskill sangat dibutuhkan didalam bermasyarakat. Hal seperti berbicara, berhitung, menggambar, bernyanyi adalah contoh dari kegiatan yang disadari. Namun kesantuna, tata bicara yang sopan, perilaku yang santun bukanlah kegiatan yang disadari  namun semua kegiatan tersebut berada pada  sistem limbik, yaitu membutuhkan proses bukan dengan cuma-cuma. Dibutuhkan latihan dan dilakukan terus menerus agar menjadi suatu kebiasaan. Dari sistem limbik itulah yang nantinya membentuk “kecerdasan emosi”.

Dalam dunia kerja ada lima hal teratas yang penting, yaitu komuniaksi, kejujuran, bekerja sama, interpersonal dan beretika.

Setelah materi selesai, dibukalah sesi tanya jawab. Setelah itu acara segera ditutup karena mengingat waktu yang sudah semakin sore. Acara ditutup pada pukul 17.30 oleh Kak Eko selaku pembawa acara. Doa penutup dilantunkan oleh M. Nurilman Baehaqi (Siskom 2015).

 Sekian cerita PKM FMIPA 1 hari ini !!!

See you on PKM FMIPA 2

Tetap semangat kawan !!!

Tunggu cerita-ku di lain waktu !!!

================================================================

#PKMFMIPA2016_Eka Yunita Rahayu_Pendidikan Matematika_2015_Kelompok 14

#SINERGIdalamMENGINSPIRASI

#PKMFMIPAUNJ2016

================================================================

Twitter : @bemfmipaunj

Facebook : BEM FMIPA UNJ

IG : @bemf_mipaunj